- Back to Home »
- Ruang-Puisi »
- Jiwa Nista
Saturday, April 06, 2013
ketika profesionalitas tergadaikan lembaran uang,
hanya kau dapati rasa khawatir dan curiga antar sesama,
ketika sosok KPK pun muncul, mengawasi, mengkritik bahkan melaporkan, kekhawatiran menjadi bom waktu yang siap meledak tiap waktu,
menjadi sebuah pemicu kriminal bagimu,
yang telah tergadaikan dalam lembaran uang dan jabatan,
apalagi dengan kemampuan tipu muslihatmu,
yang pandai beretorika dan ahli dalam penyamaran,
bagi mereka yang mencoba menggangu,
seketika itu pula, keberaniannyapun ciut menjadi seonggok sampah yang berserakan di tepian sungai,
pilihanpun kaulontarkan, "Diam" atau "Get Out"
jika kau diam, lemaran uang dan rasa nyamanpun didapat,
jika kau melawan, pengucilan dan hukuman siap melayang,
ibarat dewa, kau dewa kematian bagi tiap orang yang melawan,
bahkan pemimpinmupun tak berdaya, ia hanya menjadi patung hidup yang tak bersua yang hanya mampu berkata "Ya" dan "Tidak",
itulah kehebatanmu yang tenar hingga bingar seantero komplekspun terdengar,
dan pada waktunya pula, semua hanya akan menjadi cerita kusam, kelam
yang penuh intrik KKN yang tak mampu tergoyahkan,
hingga pada akhirnya, suatu saat yang ntah kapan itu akan terjadi,
semua yang kaulakukan berserta gerombolan birokratmu akan merasakan pengapnya kepungan tembok besi penuh penyesalan,
hingga diambil nyawa perlahan-lahan...
hanya kau dapati rasa khawatir dan curiga antar sesama,
ketika sosok KPK pun muncul, mengawasi, mengkritik bahkan melaporkan, kekhawatiran menjadi bom waktu yang siap meledak tiap waktu,
menjadi sebuah pemicu kriminal bagimu,
yang telah tergadaikan dalam lembaran uang dan jabatan,
apalagi dengan kemampuan tipu muslihatmu,
yang pandai beretorika dan ahli dalam penyamaran,
bagi mereka yang mencoba menggangu,
seketika itu pula, keberaniannyapun ciut menjadi seonggok sampah yang berserakan di tepian sungai,
pilihanpun kaulontarkan, "Diam" atau "Get Out"
jika kau diam, lemaran uang dan rasa nyamanpun didapat,
jika kau melawan, pengucilan dan hukuman siap melayang,
ibarat dewa, kau dewa kematian bagi tiap orang yang melawan,
bahkan pemimpinmupun tak berdaya, ia hanya menjadi patung hidup yang tak bersua yang hanya mampu berkata "Ya" dan "Tidak",
itulah kehebatanmu yang tenar hingga bingar seantero komplekspun terdengar,
dan pada waktunya pula, semua hanya akan menjadi cerita kusam, kelam
yang penuh intrik KKN yang tak mampu tergoyahkan,
hingga pada akhirnya, suatu saat yang ntah kapan itu akan terjadi,
semua yang kaulakukan berserta gerombolan birokratmu akan merasakan pengapnya kepungan tembok besi penuh penyesalan,
hingga diambil nyawa perlahan-lahan...