Tuesday, May 01, 2012

Mengapa feature?
Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga:

! Stright/spot News - berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering
pula disebut breaking news)

! News Feature - memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan
unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan
latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi.

! Feature - bertujuan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik ta-pi tidak
selalu penting.

Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak melainkan juga antara
media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu memuaskan.

Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam
di televisi. Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun
melupakan background.

Kita memerlukan berita yang lebih dari itu untuk bisa bersaing. Kita memerlukan news feature perkawinan antara spot news dan feature. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih
dulu memahami apa unsur-unsur dan as-pek mendasar dari feature.

Apakah feature?


Inilah batasan klasik mengenai feature: "Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang-
kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi
kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan."


Kreatifitas
Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter "men-ciptakan"
sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat  karangan fiktif dan
khayalan tidak boleh  reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah
mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.

Subyektifitas
Beberapa feature ditulis dalam bentuk "aku", sehingga memungkinkan reporter me-masukkan

emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif,
hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca.

Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter
baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan de-ngan gaya "aku".
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: "Kalau An-da bukan tokoh utama,
jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda."

Informatif

Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran.
Misalnya tentang sebuah Museum atau Kebun Binatang yang terancam tutup.

Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Ada ba-nyak
feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa
menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan
perubahan konstruktif.

Menghibur
Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi suratkabar untuk bersaing dengan
media elektronika.

Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa "mengalahkan" wartawan radio
dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan
cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Se-mentara itu wartawan koran
sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pem-bacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian
— setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita
eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in-depth) menge-nai cerita
yang didengar pembacanya dari radio.

Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap be-rita-
berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada ke-mungkinan
dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana
dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca
tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis "cerita berwarna-warni" untuk menangkap perasaan dan suasana
dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca
dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.

Awet
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur

berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali "pu-nah", tapi
feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berulan-bulan. Koran-koran kecil sering membuat
simpanan "naskah berlebih" — kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata
muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.

Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. Tekanan deadline
jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan
menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin
baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-
musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi
terhadap keadaan tertentu perwira itu.

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar
pada fakta-fakta yang penting  fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur,
memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena
penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna
(colourful).

Teknik penulisan

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan
feature kita dapat memakai teknik "mengisahkan sebuah cerita". Memang itulah kunci perbedaan
antara berita "keras" (spot news) dan feature. Penulis feature pada ha-kikatnya adalah seorang
yang berkisah.

Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia me-narik
pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan
tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, ka-rena ia
tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang
mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.

"Piramida terbalik" (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas,
dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah  hingga mudah untuk dibuang bila
tulisan itu perlu diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan
sendirinya membentuk cerita yang baik.

Jenis-jenis Feature

1. Feature kepribadian (Profil)

Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dra-matik,
melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi
terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna.

Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal-tang-gal
penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter manusia itu. Untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali
harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara
teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka.

Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa meng-gambarkan
dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada
pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan
mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka
meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk
memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

2. Feature sejarah

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi
kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga
sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang membangkitkan
minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa
serupa di masa lalu.

Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof,
fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan,
industri, agama dan kemakmuran.

Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature
yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen
historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa
bersejarah.

3. Fature petualangan

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan 
mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat ter-bang, mendaki
gunung, berlayar keliling dunia, pengalaman ikut dalam peperangan.

Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis
feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak

penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi  momen yang paling menarik dan
paling dramatis.

4. Feature musiman

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari
Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap
menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar.

Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di
Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hara raya itu.

5. Feature Interpretatif

Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-
topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas,
trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita meng-gambarkan aksi terorisme,
feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terotisme.

Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature
interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk
menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk
peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

6. Feature kiat (how-to-do-it feature)


Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli
rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali
perkawinan.

Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam
penulisannya. Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte
pembaca — memberikan opini mereka sendiri  bukannya mewawancara sum-ber ahli dan
memberikan advis detil dan faktual.

Rujukan:

FEATURE WRITING FOR NEWSPAPER, Daniel R. Williamson 1980
REPORTING FOR THE PRINT MEDIA, Fred Fedler, 1989

!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

SUBCRIBE

Total Pageviews

- Copyright © Verba Amini Proferre et Vitam Impendero Vero -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -