- Back to Home »
- Sebuah-Catatan »
- Ekstrakulikuler Jurnalistik
Sunday, March 17, 2013
Bagi sebagian sekolah, ekstrakurikuler (ekskul) jurnalistik masih dianggap asing. Hal ini wajar, karena sejak lama ekskul di sekolah masih mengedepankan keinginan birokrat pendidikan daripada kepentingan peserta didik. Akibatnya, siswa mengikuti ekskul yang penting hadir dan hanya menggugurkan kewajiban. Seharusnya ekskul di sekolah dapat menyalurkan bakat serta minat siswa bukan karena terpaksa.
Selain dapat menyalurkan bakat minat, tetapi ekskul di sekolah juga harus mampu memberikan life skill (kecakapan hidup) kepada siswa setelah selesai mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi tidak semua lulusan sekolah dapat meneruskan pendidikannya. Artinya, apabila tidak meneruskan sekolahnya –dengan bekal kegiatan ekskul di sekolah– dapat menjadi bekal hidup setelah lulus. Diantara ekskul yang dapat menyalurkan bakat minat sekaligus memberikan life skill adalah jurnalistik.
Dalam hal penyaluran bakat minat, ternyata ketertarikan siswa dalam jurnalistik sangat besar. Di samping itu, ekskul jurnalistik dapat menjadi life skill baik sekarang maupun setelah lulus dari sekolah. Dengan mengikuti ekskul jurnalistik siswa dapat belajar menulis, setelah itu hasil tulisannya dapat dikirimkan ke berbagai media. Setelah dimuat di media massa, anak bisa merasakan hasil jerih payahnya. Dan ternyata, hal ini bisa dilakukan banyak pelajar, bahkan ada yang mampu menerbitkan kumpulan puisi maupun cerpen dalam bentuk buku. Sedangkan manfaat setelah lulus, jikalau meneruskan ke perguruan tinggi, ekskul jurnalistik dapat membantu tugas dalam menyusun karya ilmiah.
Tidak hanya itu dengan jurnalistik dapat membantu anak dalam memahami mata pelajaran yang ada di sekolah, khususnya dalam mata pelajaran bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris, Arab, dan lain-lain). Apalagi dalam kurikulum terbaru –Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)–, salah satu aspek penilaiannya adalah menulis. Dengan menulis siswa dengan mudah memahami sekaligus mempraktekkan langsung teori-teori menulis dalam pelajaran bahasa tersebut.
Di samping mengajari menulis, ekskul jurnalistik melatih anak tampil lebih berani. Karena diantara materi jurnalistik adalah hunting (memburu) berita. Dalam mencari berita, anak harus berani wawancara dengan narasumber dari berbagai profesi, mulai dari tukang becak sampai presiden. Di sisi lain, ekskul jurnalistik juga mengajari anak agar lebih kritis terhadap apa yang terjadi di lingkungan. Dengan kata lain anak akan tanggap apa yang terjadi disekitarnya kemudian direfleksikan dalam bentuk tulisan.
Dari deskripsi di atas, jelas bahwa ekskul jurnalistik sangat besar manfaatnya. Harapannya ke depan dengan ekskul jurnalistik di sekolah akan lahir penulis terkenal masa depan. Banyak penulis ternama sekarang (misalnya Arswendo Atmowiloto, Cak Nun, Ahamd Sobari dan lain-lain) ternyata aktivitas menulisnya dimulai sejak di bangku sekolah. Permasalahannya, apakah Sumber Daya Manusia (SDM) di sekolah untuk mengajar ekskul jurnalistik sudah memenuhi kompetensi? Karena belum tentu guru bahasa mampu memahami bahasa jurnalistik. Belum lagi persoalan minimnya ghirah (semangat) guru untuk bisa menulis. Oleh karenanya perlu dipersiapkan SDM yang berkompeten dalam bidang tersebut. Hal ini dapat ditengahi dengan mengambil guru yang waktu kuliahnya aktif di pers kampus bahkan kalau perlu mengundang praktisi pers.